Wednesday, April 24, 2013

Filled Under:

Hilangnya Rasa Cinta Warteg dan Kuliner Asli Indonesia pada Era Globalisasi


Masyarakat dunia yang hidup pada zaman sekarang tak terlepas dari adanya globalisasi . Globalisasi merupakan suatu proses berkembangnya era baru dalam hal kebudayaan masyarakat yang baru. Munculnya era globalisasi yang semakin cepat di lingkungan masyarakat, akan berdampak pada pola perilaku sosial budaya masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang meningkat ini, ternyata berdampak pula pada pola perubahan perilaku sosial budaya masyarakat terhadap nasionalisme kuliner Indonesia, yaitu antara warteg dan restoran cepat saji yang berada di Indonesia. Masuknya restoran asing cepat saji yang terkenal di dunia ke Indonesia ternyata berdampak bagi bagi kalangan pengusaha warteg yang berada di Indonesia. Masyarakat yang tadinya makan di warteg ( warung tegal ), kini berubah ketika datangnya restoran cepat saji yang menghadirkan makanan yang lebih enak dan berbeda daripada makanan warteg. Selain itu, makanan yang disajikan di restoran cepat saji sangat bersih dan higenis, serta aman untuk dikonsumsi.



( Gambar 1. Masakan khas Nusantara )

Berkembangnya era globalisasi di lingkungan masyarakat terhadap nasionalisme kuliner Indonesia, menimbulkan pandangan dari beberapa masyarakat yang berpendapat bahwa makan di restoran cepat saji yang mewah lebih enak dan bergengsi daripada makan di warteg. Untuk mencegah dampak globalisasi terhadap nasionalisme kuliner Indonesia ini, seharusnya perlu dijaga dan dilestarikan, karena warteg merupakan lambang identitas warung makanan asli Indonesia yang sudah di kenal oleh masyarakat Indonesia sejak lama
.
Warung Tegal adalah salah satu jenis usaha gastronomi yang menyediakan makanan dan minuman dengan harga terjangkau. Biasa juga disingkat Warteg, nama ini seolah sudah menjadi istilah generik untuk warung makan kelas menengah ke bawah di pinggir jalan, baik yang berada di kota Tegal maupun di tempat lain, baik yang dikelola oleh orang asal Tegal maupun dari daerah lain. Warung tegal ( warteg ) , keberadaannya kini sudah berada di seluruh Indonesia, dan banyak di jumpai di kota – kota besar, bahkan di daerah kota – kota kecil atau pendesaan, keberadaannyapun sudah mulai ada dan dikenal oleh banyak orang. 

Namun kenyaatannya sekarang sudah berubah. Munculnya era globalisasi ini, tingkah laku perilaku sosial budaya masyarakat mulai berubah. Masyarakat yang dulunya akrab dengan warteg, sebagai tempat makan mereka selain dirumah, kini mulai berubah ketika datangnya restoran cepat saji dengan menghadirkan makanan yang sangat enak, dan mulai disenangi oleh banyak orang, terutama untuk generasi anak muda sekarang.
Namun pada waktu ini, anak muda sekarang ada rasa gengsi ketika harus makan di warteg apa lagi ketika harus makan dengan orang yang dianggapnya spesial. Anak muda sekarang lebih baik makan di tempat yang mewah meskipun pada kenyataannya kantung uang mereka kosong. Mereka semata mata hanya untuk menjaga sebuah harga diri. Sebenarnya makan di mana pun intinya sama yakni, membuat perut mereka diam saat menyanyi. Apalagi jika makan di warteg tanpa menguras kantong yang cukup dalam, kita bisa menambah tenaga ketika mulai melemah karena kativitas. 
Sudah saatnya, kita mulai mencinta dan bangga kepada kuliner asli Nusantara, dan warteg ( warung tegal ), sehingga kuliner asli Nusantara dan warteg tetap berjaya walaupun sedang bersaing dengan kuliner asing. 
Sehingga nilai – nilai budaya cinta terhadap kuliner Indonesia maupun produk lokal kuliner Indonesia tetap tertanam di hati masyarakat. Sehingga masyarakat  bukan hanya masalah perut untuk menghilangkan rasa lapar, tetapi juga harga diri bangsa terhadap kuliner asli Indonesia. 

                                                           ( Gambar 2. Kuliner Warteg ) 





0 comments: