Thursday, April 25, 2013

Filled Under:

Sampah Angkasa Sudah pada Tahap Berbahaya

Para ahli di Amerika Serikat memperingatkan NASA bahwa jumlah sampah angkasa di orbit bumi telah mencapai tahap yang membahayakan. Laporan yang disiapkan Dewan Riset Nasional menyebutkan sampah tersebut bisa menyebabkan kebocoran di wahana antariksa atau menghancurkan satelit. 

" Jumlah sampah yang mengorbit Bumi dinilai bisa saling bertabrakan, yang pada gilirannya akan menambah jumlah pecahan sampah. Ini semua menambah risiko kerusakan pada pesawat - pesawat antariksa, " demikian kata laporan tersebut. 

Upaya untuk mengurangi jumlah sampah angkasa dalam beberapa tahun terakhir mengalami kemunduran akibat beberapa faktor. 

Pada 2007, China melakukan uji coba senjata antisatelit dengan menghancurkan satelit yang tidak terpakai di angkasa. Ujicoba ini menghasilkan tak kurang dari 150.000 pecahan satelit denganukuran sekitar 1 cm. 

Dua tahun kemudian, dua satelit salah satunya masih aktif bertabrakan di orbit dan menambah jumlah pecahan sampah di angkasa. 

" Dua kejadian ini langsung menggandakan pecahan - pecahan kecil di orbit bumi. Upaya pembersihan yang kami lakukan dalam 25 tahun terakhir menjadi sia - sia, " kata Donald Kessler, salah satu ahli di Dewan Riset Nasional. 

 

Stasiun Runag Angkasa Internasional ( ISS ), yang mengorbit bumi dengan kecepatan 28.164 km/jam, kadang juga harus melakukan manuver untuk menghindari tabrakan dengan sampah - sampah angkasa. Juni lalu, beberapa pecahan nyaris menabrak ISS, bahkan sempat membuat enam awaknya memasuki kapsul penyelamat dan menyiapkan evakuasi ke bumi. 

" Situasinya sungguh kritis, " kata Kessler yang juga mantan ilmuwan NASAN tersebut. 

Dewan Riset Nasional menyerukan penyusunan peraturan internasional untuk membatasi sampah angkasa. Dimulai dari pembatasan kuota tiap negara yang akan meluncurkan satelitnya ke luar angkasa, juga penggunaan satelit bersama. Lembaga ini juga meminta lebih banyak penelitian untuk mencari cara yang efektif membersihkan angkasa dari sampah . 


Referensi :

Media Indonesia, 4 September 2011 dengan pengubahan.





0 comments: